Balai Ternak Barokah Farm Diresmikan, Upaya BAZNAS RI Dorong Kemandirian Warga Pringapus Trenggalek

Trenggalek – Balai Ternak Barokah Farm resmi diluncurkan BAZNAS RI di Desa Pringapus, Kecamatan Dongko, Trenggalek, Rabu (30/4/2025). Program ini ditujukan untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat miskin melalui peternakan domba berbasis koloni.

Barokah Farm menjadi balai ternak ke-46 dari total 54 yang dikembangkan BAZNAS RI di berbagai daerah. Di Trenggalek, program ini melibatkan 20 peternak dengan jumlah total 205 ekor domba. Anggaran program mencapai Rp531,91 juta, yang bersumber dari kolaborasi antara BAZNAS RI, BAZNAS Kabupaten Trenggalek, dan Dinas Pertanian setempat.

Unit usaha yang dikembangkan mencakup persilangan domba Cross Texel, Dorper F1, dan Cross Sulfok dengan domba lokal. Selain itu, balai ini juga mengembangkan produksi pupuk kompos, penggemukan domba untuk kurban, serta sistem pertanian terpadu.

Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin menyebut balai ternak ini sebagai bagian dari upaya sistematis membangun ekonomi umat. “Balai ternak ini adalah ikhtiar membangun ekonomi umat. Khususnya kepada mereka para mustahik, mereka yang berhak mendapatkan penyaluran dana baik dari zakat, infaq dan shodaqoh,” ujarnya.

Balai Ternak Barokah Farm Kecamatan Dongko, Trenggalek telah diresmikan. Aji/TGX

Menurutnya, pemberdayaan ini menyasar warga dari kelompok berpenghasilan rendah. Ia menekankan pentingnya membangun ekosistem yang tidak hanya mengandalkan bansos. “Tidak apa-apa orang terima bansos itu anaknya banyak. Tidak apa-apa, tapi yang banyak itu anak kambing, biar ekonomi keluarganya meningkat,” kata Nur Arifin.

Ia juga mendorong agar peternak skala besar ikut menyisihkan bibit ternaknya untuk dikelola oleh warga prasejahtera, dengan perlindungan asuransi ternak dari pemerintah daerah. “Kalau terjadi risiko ternak hilang atau mati, asalkan bukan karena wabah, tetap bisa ter-cover,” jelasnya.

Soal pasar, Nur Arifin menyebut kebutuhan daging kambing di Trenggalek relatif stabil. Dari budaya aqiqah hingga kuliner lokal, kambing punya ruang yang jelas. Ia juga menyebut akan ada satu lembaga khusus untuk urusan aqiqah yang bisa terhubung langsung dengan peternak.

“Begitu juga dengan program Makan Bergizi Gratis. Daging kambing ini kandungan proteinnya tinggi, bahkan lebih tinggi dari daging sapi,” ungkapnya. Ia menepis anggapan bahwa daging kambing pemicu tensi. Menurutnya, persoalannya ada pada cara masak dan bumbu, bukan dagingnya.

Selain itu, pemerintah daerah juga berencana merevitalisasi Rumah Potong Hewan (RPH) agar daging yang diproduksi bisa terjamin kehalalan dan kebersihannya sebelum didistribusikan ke pasar.

Terkait skema nggaduh, Nur Arifin menyebut akan ada distribusi bibit ke warga miskin lain yang punya lahan atau tinggal di kawasan hutan desa. “Kalau sudah beranak, indukannya dikembalikan, anaknya jadi hasil untuk yang mengelola. Ini mungkin nanti cara-cara yang dilakukan,” ujarnya.

Pimpinan BAZNAS RI Pembina Wilayah Jawa Timur, Kolonel Caj (Purn) Drs. Nur Chamdani, yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi pengelolaan balai ternak di Pringapus. “Saya lihat cukup ditata dengan rapi, sampai jadwal piketnya pun teratur. Ini luar biasa,” katanya.

Ke depan, balai ternak ini akan mendapatkan pendampingan intensif dari tim teknis. Harapannya, para peternak yang awalnya penerima zakat bisa tumbuh menjadi pelaku usaha yang mandiri, bahkan bertransformasi menjadi muzakki. (Prokopim)

Artikel Lainnya